ekspor tanaman hias
Ekspor tanaman hias tak semudah yang dibayangkan.
Masing-masing negara menginginkan standar mutu
dan beragam persyaratan yang ketat. Melanggar sedikit
saja berarti siap menuai rugi. Misalnya, kasus kegagalan
3 eksportir Indonesia saat mengirim sanseviera ke Jepang
akibat tak lolos uji sanitasi di Jepang. Selain tanaman tidak
dibayar, mereka harus membayar biaya penyemprotan
pestisida.
Bugenvil
Tanaman yang diminta
dari berbagai varietas dengan
warna be ragam. Ukuran
tanaman 60—100 cm.
Tanaman itu dimasuk kan
dalam kotak kayu yang
memuat 80—100 pohon.
Satu kontainer diisi 6 kotak.
Media yang digunakan
sekam dan tanah, lalu
ditanam dalam polibag.
Bugenvil yang akan dikirim
ke Singapura itu meng-
gunakan kontainer ber-
pendingin.
Seminggu sebelum eks-
por ke Belanda, tanaman
disortir. Setelah itu di-
semprot pestisida. Penga-
laman PT Suryana, eksportir
di Jakarta, Belanda meminta
tanaman disemprot Basudin,
Dursban 0,75, Bayleton
0,05, dan Will Pruf. Jenis
terakhir untuk ketahanan
tanaman. Setelah itu tana-
man dikemas.
Bila ukuran tanaman
lebih besar dari 2 m, 1
kontainer rata-rata hanya
memuat 500 pohon dan
disusun miring. Bahkan bila
lebih besar seperti palem
raja, disusun datar. Satu
kontainer hanya bisa me-
muat 12 batang. ***
Kamboja
Kamboja yang di minta Cina juga
berbunga merah. Batang berdiameter
50 cm, dengan tinggi 5 m. Cina
mensyaratkan sosok pohon besar.
Kamboja juga relatif bandel per-
tumbuhannya sehingga bisa langsung
digali. Ia bahkan dapat dikirim lang-
sung tanpa diadaptasikan. Disisa-
kan 10 cm di kiri dan kanan. Akar
di bungkus dengan sabut kelapa.
Sedang kan cabang disisakan semeter
di kiri dan di kanan. Seluruh daun
dibuang. Kontainer tidak ber-
pendingin, pintu satu dibuka dan
ditutup jaring. Dalam 1 kontainer
diisi 10—12 pohon.
Posting Komentar untuk "ekspor tanaman hias"